AQIDAH TERAPI STRESS.!!!



AQIDAH TERAPI STRESS.!!!
                Stress merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Gara-gara stress, tubuh memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stess yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berfikir dan berusaha keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stress ringan dapat merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stress yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
GEJALA-GEJALA:
ü  Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
ü  Bertindak secara agresif dan defensif
ü  Merasa selalu lelah
ü  Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
ü  Palpitasi atau jantung berdebar-debar
ü  Otot-otot tegang
ü  Sakit kepala, perut dan diare
BAGIAN DARI HATI
                Satu hal yang perlu ditegaskan, bahwa segala bentuk penyakit kejiwaan menurut pandangan islam, termasuk bagian dari penyakit hati. Sehingga, orang yang pendengki , takabur, suka berburuk sangka, pencemburu berat, penyedih, itu berada di areal yang sama dengan orang yang stress, depresi, psikopat, pengidap skizofrenia, dan yang lainnya. Termasuk juga pengidap penyakit-penyakit kejiwaan seksual seperti pedofilia, parafilia, homoseks, lesbian, dan sejenisnya.
                Setiap pengidap penyakit jiwa, jenis apa pun juga, neuoris atau psikosis, sesungguhnya sedang mengidap penyakit hati. Seorang pedofilia (pengidap penyakit seks menyukai anak-anak dibawah umur) tak lebih dari orang yang memperturutkan hawa nafsunya terhadap lawan jenis atau sesama jenis, karena ia merasa tak sanggup atau kurang percaya diri melampiaskan nafsunya secara wajar dengan lawan jenisnya, apalagi melalui lembaga resmi, pernikahan. Saat sudah terbiasa dengan pelampiasan tersebut, ia akan menjadi candu, sehingga saat sudah menikah pun, kecenderungan seks menyimpangnya itu bisa saja tetap berkembang, dan merusak dirinya dan orang lain di sekitarnya.
                Begitu juga psikopat misalnya, kenapa ia suka melihat penderitaan orang lain? Suka menyakiti orang lain yang menikmati hasil kerjanya itu? Karena ia  terbatas dengan dosa. Setiap dosa mewarisi kenikmatan, yang bila terus dilakukan akan seperti candu.

KONTROL TAQWA
                Untuk dapat menghindari atau minimal meredam jiwa yang menyimpang dari kewajaran, menahan kecenderungan hati bermaksiat, seseorang harus berlatih terus dalam kesadaran penuh.
                Kesadaran penuh seseorang pada kondisi jiwanya disebut takwa. Makna taqwa adalah kemampuan memelihara diri dari segala hal yang bisa menyebabkan kemurkaan Allah, atau turunnya ajab Allah. Dalam bahasa ilmia taqwa didefenisikan,

Melaksanakan perintah Allah, dengan tuntutan cahaya keilmuan dari Allah, dan dengan mengharapkan pahalanya, menjauhi larangan Allah, dengan tuntutan cahaya keilmuan dari Allah, karena takut terhadap siksaannya.”
               
Artinya, ketaqwaan itu melahirkan kesadaran diri, kewaspadaan, dan kepekaan. Orang yang bertakwa sadar banget bagaimana kondisi dirinya, prilaku, perbuatan, dan sikap yang diambilnya. Ia tidak akan membiarkan adanya suatu hal, sikap, prilaku hingga kebiasaan yang bisa menyebabkan Allah murka, atau menyebabkan Allah menyiksanya. Oleh sebab itu disebutkan,
Ketakwaan itu letaknya disini, ketakwaan itu letaknya disini.”
                Ketika seseorang bertakwa, ia bukan saja akan mampu memelihara diri dari segala bahaya yang bersifat fisik dan keduniaan, namun juga yang bersifat abstrak dan ukhrowi. Ia mungkin saja marah, tapi saat akan melampiaskan amarahnya, ia akan berfikir,”Apa manfaat yang saya akan peroleh dari pelampiasan amarah ini, didunia dan diakhirat?”. Maka , semakin lemah daya kontrol diri seseorang terhadap perilaku dirinya, semakin lemah ketakwaannya, dan semakin banyak hal-hal buruk yang akan menimpanya, baik bersifat keduniaan, atau pun kelak di akhirat nanti.
PEMULIHAN KONTROL
                Taubat adalah proses pemulihan kontrol ketakwaan itu pada asalnya. Oleh sebab itu, orang yang bertaubat dari sebuah dosa, seperti orang yang belum pernah melakukannya,’At-taaibu minadz dzanbi kaman laa dzanba lahu’. Dalam hadist,orang yang berbuat dosa berarti telah tercetak noda hitam dalam hatinya. Saat ia bertaubat, noda hitam itu akan kembali dihapus, dan hatinya akan kembali bersih seperti sedia kala. Namun persoalannya, bila dosa itu terus dilakukan, sementara proses taubat jarang dilakukan, maka hati akan semakin menghitam ole noda tersebut, hingga suatu saat akan kehilangan unsur ketakwaannya sama sekali. Saat itulah, seseorang ibarat orang yang sudah tidak lagi memiliki kesadaran apa-apa. Ia tak tau lagi mana yang bermanfaat bagi dirinya, dan mana yang justru membahayakannya.
                Orang yang suka berbuat keliru, namun  senantiasa masih menyadari akan kekeliruannya dan selalu melakukan upanya dan lompatan-lompatan menuju taubat, itu lah orang yang menurut pandangan psikolog disebut penderita neurosis. Sejenis penyakit kejiwaan tingkat awal, dimana kesadaran akan kealpaan diri masih ada. Bila kesadarannya itu lenyap sama sekali, atau hanya bersisa terlalu sedikit sehingga nyaris tak lagi berfungsi menggugah kesadarannya. Maka disebut penderita psikosis. Orang yang stress, pada awalnya adalah penderita neurosis. Namun bila diabaikan, akan berkembang menjadi pengidap psikosis yang tak ubahnya orang gila yang kehilangan seluruh kesadarannya, meski sesungguhya belumlah demikian.    
                Maka, untuk mengatasi stress dan depresi, sesungguhnya seseorang harus mengobati sumber penyakit paling utama dalam diri, yaitu bibit kekafiran dan kemusyrikan.
                Setelah itu, ia harus melakukan terapi dengan mendekatkan diri kepada Allah, dianataranya, dengan memperbanyak dzikir. Dzikir dapat meneduhkan jiwa, sehingga tak mudah labil, dan selalu dalam kondisi sadar dalam berbuat dan berkata-kata.

Allah berfirman:
“hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutllah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al-Anfaal:45)
               
Selain beribadah dan berdzikir, banyak-banyaklah beristighfar dan bertaubat.
"sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Al-Bagoroh:222)
               
Sebalumnya saya sudah menegaskan bahwa taubat adalah proses pemulihan kontrol ketakwaan dalam diri seseorang, sehingga ia kembali memiliki kemampuan berjuang mengontrol ucapan, perbuatan,hingga gerak-gerik hatinya. Orang yang bertakwa bukan hanya mampu menahan diri agar tidak memukul orang, mencuri, dan sejenisnya. Namun juga mampu menahan hatinya untuk sekedar berburuk sangka terhadap Allah, kemudian juga terhadap sesama manusia. Sosok hati semacam itu akan sulit dihinggapi segala macam penyakit. Dan sulit untuk dinodai oleh berbagai jenis penyakit kejiwaan.
                Sisi penting yang paling utama seperti dipaparkan diatas adalah menjaga hati dari bibit-bibit kekafiran dan kemusyrikan. Karena keduanya adalah penyakit hati yang paling berat. Bila tak diobati, segala terapi lain tak akan ada gunanya sama sekali.
                Contohnya saja, kecenderungan hati saat mengeluh dan mengutuki takdir, kebencian terhadap karakter yang diciptakan Allah pada diri sendiri, berburuk sangka kepada Allah, keinginan mendapatkan harta banyak meski dengan cara haram dan menduakan Allah, dan berbagai bisikan hati lain yang dapat mendekatkan orang kepada kekafiran.
                Tanpa diatasi, siapapun akan sulit berproses melenyapkan atau mengurangi stress dan depresi dalam hatinya. Sebab, kekafiran dan kemusyrikan bila sudah mengakar akan menghanguskan seluruh rasa ketawakalan seseorang kepada Allah. Sehingga sebagai gantinya, orang akan bersandar pada harta dan keduniaan, pangkat atau jabatan, dan hal-hal materi lainnya. Saat sandaran itu hilang atau berkurang, duniapun amblas, dan ia pun kehilangan kendali diri. Disitu lah, biasa penyakit stress dan depresi akan semakin mengguritta, kadang merusak susunan saraf di bagian kepala, dan tidak jarang mengakibatkan kegilaan, semi atau bahkan permanen. Wal’iadzu billah.