Sulit bicara
Dahulu, pernah ada seorang
remaja berjuang untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Beragam sarana untuk
mendapatkan ilmu ditempuhnya. Mengikuti pelajaran diberikan oleh para guru,
membaca, menghafal, materi dan cara-cara belajar yang lain. Namun sayangnya, tak
banyak kemajuan yang diperolehnya.
Ilmunya seakan jalan ditempat, tak banyak mengalami kemajuan yang berarti. Remaja tadi hampir berputus asa dengan kondisinya. Kenapa dia tidak bisa memahami dan menguasai ilmu-ilmu yang diinginkannya? Apa sebabnya? Dia belum juga mendapatkan jawaban. Suatu ketika ia pergi kesebuah tempat. Duduk lah ia kesebuah batu, sambil memperlihatkan keadaan sekelilingnya. Pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada tetesan air yang menetes di atas batu besar yang terlihat begitu keras dan kokoh.air tdi benar-benar jatuh diatas pemukaan batu setetes demi setetes, namun tak pernah berhenti menetes.
Ilmunya seakan jalan ditempat, tak banyak mengalami kemajuan yang berarti. Remaja tadi hampir berputus asa dengan kondisinya. Kenapa dia tidak bisa memahami dan menguasai ilmu-ilmu yang diinginkannya? Apa sebabnya? Dia belum juga mendapatkan jawaban. Suatu ketika ia pergi kesebuah tempat. Duduk lah ia kesebuah batu, sambil memperlihatkan keadaan sekelilingnya. Pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada tetesan air yang menetes di atas batu besar yang terlihat begitu keras dan kokoh.air tdi benar-benar jatuh diatas pemukaan batu setetes demi setetes, namun tak pernah berhenti menetes.
ah, apalah daya setetes air yang lembut? Tentu ia tak ada
bandingannya dengan bebatuan yang begitu keras dan kokoh. Pandangannya beralih
pada batu besar yang tertimpa tetesan air tadi. Ia pun tercengang heran,
ternyata pada bagian batu yang tertimpa tetesan tersebut terdapat lubang yang menganga. Tegerus oleh
tetesan air yang datang silih berganti. Setetes air mungkin tidak akan banyak
mempengaruhi batu tadi.
Namun, tetesan air yang datang terus menerus dan sedikit demi sedikit mengalahkan kerasnya batu. Dari peristiwa itu ia pun mengambil pelajaran berharga. “kalau air yang sedemikian lembut saja bisa menghancurkan batu yang keras dan kokoh dengan ketekunannya mengapa aku tidak bisa? “mulai dari hal itu, ia pun memulai hidup baru yang penuh dengan semangat dan ketekunan. Ia lebih giat mempelajari ilmu, mengulang-ulang pelajaran, bertanya, membaca, menghafal, dan berbagai aktifitas keilmuan yang lain. Akhirnya iapun menjadi pakar keilmuan. Kisah tadi coba kamu renungkan dan terapkan pada kehidupanmu.
Namun, tetesan air yang datang terus menerus dan sedikit demi sedikit mengalahkan kerasnya batu. Dari peristiwa itu ia pun mengambil pelajaran berharga. “kalau air yang sedemikian lembut saja bisa menghancurkan batu yang keras dan kokoh dengan ketekunannya mengapa aku tidak bisa? “mulai dari hal itu, ia pun memulai hidup baru yang penuh dengan semangat dan ketekunan. Ia lebih giat mempelajari ilmu, mengulang-ulang pelajaran, bertanya, membaca, menghafal, dan berbagai aktifitas keilmuan yang lain. Akhirnya iapun menjadi pakar keilmuan. Kisah tadi coba kamu renungkan dan terapkan pada kehidupanmu.
Belum bisa berbicara dengan
fasih dan bagus bukan berarti tidak bisa. Tingkata kan semangat, rajin lah
berlatih untuk mnyampaikan dan berbicara dengan orang lain baik secara pribadi
maupun dihadapan forum. Sekap sabar tak
muncul begitu saja. Namun, sikap tersebut diperoleh dengan banyak berlatih
untuk bersabar. Kamu tidak perlu berpandangan bahwa kemampuan berbicara di
depan umum dengan fasih dan piawai itu hanyalah bakat bawaan yang tidak bisa
diotak-atik. Buang lah jauh-jauh kata
“tidak bisa”. Karena bakat hanya sedikit memberikan peran bagi loncatan
kemampuan kita. Sedikit saja, sedangkan sisanya ditentukan oleh ketekunan
berusaha, mencoba, berlatih, dan belajar.
Boleh jadi, kamu sekarang kesulitan
untuk ngomong atau gagap, namun sangat mungkin kamu akan menjelma menjadi
seorang yang sangat pasih dalam berpidato dan menyampaikan kedepannya. Ingat,
keberhasilan hanya bisa dicapai dengan usaha dan latihan. Coba kamu lihat kisah
para ulama sepanjang jaman. Semuanya bisa meraih ilmu setinggi itu dengan
mengerahkan tenaga, belajar siang malam, bersemangat dalam menuntutnya. Tidak
ada cerita seseorang bisa jadi ulama dengan bekal kemalasan atau tidur mendengkur
sepanjang waktu. Ya, tentu saja keberhasilan tadi tercapai setelah adanya
taufik dari Allah. Karenanya, disamping berusaha, teruslah minda kemudahan pada
Allah SWT.